Senin, 30 April 2018

analisis makro ekonomi provinsi bengkulu


KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis sampaikan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karunianya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Essay yang berjudul “ANALISIS EKONOMI PROVINSI BENGKULU”. Adapun pembuatan Tugas ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi Tugas mingguan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Dosen mata kuliah Ekonomi Makro yaitu Ibu Mitra Mustika Lubis SP, M.Si yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, saran, serta bantuan kepada penulis dan kepada rekan-rekan satu kelompok dalam melaksanakan tugas  ini.


Medan,    Januari 2018


                                                                                 Penyusun

















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana, pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan proses peningkatan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi meningkatkan daya saing antar daerah serta memajukan ekonomi masyarakat daerah di indonesia.
Todaro (2003) memberikan definisi pembangunan ekonomi merupakan suatu bentuk usaha untuk mengurangi kemiskinan, ketidakmerataan distribusi pendapatan serta pengangguran, yang merupakan suatu proses multidimensional dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan yang merata sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat.
Keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya diukur melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang berhasil dicapai. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil dari tahun ke tahun berarti kesejahteraan masyarakatnya meningkat,sedangkan pertumbuhan ekonomi dengan nilai negatif berarti tingkat kesejahteraan disuatu daerah menurun. Ada indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan salah satunya diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di suatu daerah. Selain itu, indikator yang sering menjadi pengaruh yang sangat besar terhadap perekonomian di suatu daerah yaitu inflasi, kemiskinan, tingkat pengangguran disuatu daerah tersebut serta harga BBM yang sedang berlaku.
Provinsi Bengkulu saat ini memiliki 10 (sepuluh) kabupaten dan kota yang tentunya memiliki berbagai masalah yang harus segera diatasi, seperti masalah pertumbuhan ekonomi. Sebagai wilayah yang memiliki banyak kabupaten pemekaran baru, aspek pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan menjadi sangat penting untuk di perhatikan, agar tujuan utama dari pemekaran daerah dapat tercapai sebagai salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia.
                Maka dari itu perlu adanya analisis tingkat perekonomian di suatu daerah demi melihat ketercapaian daerah tersebut dalam hal ini menyejahterakan masyarakat serta keberhasilan pemerintahan yang ada pada periode tersebut.  Indikator yang digunakan dan dirasa mampu dalam menggambarkan kondisi perekonomian wilayah adalah pengangguran, inflasi, kemiskinan dan juga capaian kinerja pembangunan secara umum.

1.2  Tujuan Penulisan
1)   Mengetahui serta menganalisis indikator – indikator makro ekonomi yang dapat mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dalam hal ini provinsi bengkulu.
2)   Untuk bahan pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan perekonomian di daerah.

1.3  Manfaat Penulisan
1) Sebagai salah satu bahan referensi dalam mengatur dan membuat  kebijakan, terutama kebijakan moneter dalam perekonomian daerah di Indonesia.
2) Penyusun dan pembaca, sebagai bahan referensi dan pembanding studi penelitian yang terkait dengan riset ini.










BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pertumbuhan Ekonomi
Perekonomian provinsi bengkulu diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga Konstan dan Harga Berlaku. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Perekonomian Provinsi Bengkulu hingga tahun 2016 masih sangat dominan. Kedudukan sektor pertanian sebagai leading sector dalam perekonomian Provinsi Bengkulu masih sulit digeser oleh sektor-  sektor lainnya. Sedangkan Menurut PDRB menurut pengeluaran menunjukkan bahwa masyarakat bengkulu cenderungmelakukan pengeluaran untuk konsumsi dari padainvestasi dan tabungan.
Pertumbuhan ekonomi bengkulu terus mengalami perlambatan dari tahun ke tahun.  Pada tahun 2012 bengkulu mengalami laju pertumbuhan 6,83 persen, pada tahun 2013 menurun menjadi 6,08 persen, tahun 2014 menjadi 5,49 persen dan terus mengalami perlambatan tahun ke tahun. Pada tahun 2016 mengalami laju pertumbuhan 5,30 persen.
Gambar. 1
            Pertumbuhan ekonomi yang melambat di pengaruhi oleh situasi global, semua negara tujuan ekspor menunjukkan adanya keterlambatan kecuali Amerika Serikat. Selain situasi global, juga dipengaruhi oleh situasi nasional. Dimana, kondisi perekonomian tbersumber pada APBN pada triwulan ke 4 tahun 2017 hanya 3,97 persen jika dibandingkan dengan tahun 2016. Ditahun terakhir, yaitu tahun 2016 – 2017 mengalami keterlambatan khususnya di beberapa sektor seperti sektor industri yang melambat 1,42 persen, sektor kontruksi melambat 1,16 persen dan sektor jasa keuangan melambat 5, 89 persen dan administrasi pemerintah melambat 0,8 persen.
            Dari sisi produksi , pertumbuhan tertinggi di capai oleh lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,8 persen. Peningkatan jasa kesehatan dipengaruhi oleh cuaca ekstrem badai dahlia, sehingga menyebabkan banyak orang yang sakit.
            Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 7,57 persen. Untuk struktur perekonomian provinsi bengkulu tahun 2017 masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian, pedangan besar dan eceran serta administrasi pemerintah. Besaran peranan ketiga lapangan usaha ini yaitu, masing – masing pertanian sebesar 29,22 persen, perdagangan besar dan eceran sebesar 4,34 persen dan administrasi pemerintahan sebesar 9,83 persen.

2.2  Inflasi

 inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
·         Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
·         Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
·         Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
·         Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.

Tabel 1. Indeks harga komoditas dan inflasi
Bulan
TAHUN 2014
TAHUN 2015
TAHUN 2016

IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
Jan
113.52
1.03
123,53
-0,82
129,46
0,67
Feb
113.25
-0.24
121,73
-1,46
129,14
-0,25
Mar
113.29
0.04
121,96
0,19
129,19
0,04
Apr
113.24
-0.04
122,63
0,55
128,10
-0,84
Mei
112.57
-0.59
123,09
0,38
129,23
0,88
Jun
113.00
0.38
124,19
0,89
130,98
1,35
Jul
116,30
2,92
125,91
1,38
133,26
1,74
Agu
117,08
0,67
128,41
1,99
133,95
0,52
Sep
117,93
0,73
128,13
-0,22
134,05
0,07
Okt
118,39
0,39
127,47
-0,52


Nop
120,89
2,11
127,59
0,09


Des
124,55
3,03
128,60
0,79


Tahunan

10,85

3,25













Gambar.2 Inflasi Tahunan Kota Bengkulu
chart (2).jpeg
            Tingkat Inflasi di provinsi bengkulu cenderung berubah – ubah. Pada tahun 2010 tingkat inflasi tahunan nya berkisar 9,08 sedangkan pada tahun berikutnya tingkat inflasi menurun menjadi 3,96 % lalu naik lagi pada tahun 2012 hingga 4,61 %. Kemudian pada tahun 2013 bengkulu mengalami kenaikan yang cukup drsatis yaitu menjadi 9,94 % dan mengalami kenaikan kembali ditahun berikutnya yaitu 10,85 kemudian di tahun 2015 inflasi yang terjadi hanya berkisar 3,25 % kembali mengalami kenaikan di tahun 2016 menjadin 5,00 dan pada tahun 2017 inflasi hanya berkisar 3,56.
Tabel 2. inflasi Bengkulu
            Pada bulan Februari 2018, Kota Bengkulu mengalami Deflasi sebesar -0,30 persen. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik  di 82 kota di Indonesia, 55 kota mengalami inflasi dan 27 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 1,05 persen dan inflasi terendah di Palangkaraya sebesar 0,04 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Medan sebesar -0,96 persen dan deflasi terendah di Lubuk Linggau sebesar -0,02 persen.
            Menurut data yang ada pada bulan januari 2018 terjadi lonjakan inflasi dari bulan sebelumnya juga dari bulan februari 2017.  menurut bps,salah satu penyebab yang mempengaruhi nya adalah karena tingginya harga beras pada bulan desember 2017. kenaikan harga beras ini disebabkan karena adanya penimbunan beras merk tertentu. Alasan para penjual tidak menjual beras merek tersebut adalah karena harga jual lebih rendah dari harga sewaktu mereka membeli.


2.3  Tingkat Kemiskinan

            Pengertian kemiskinan pada dasarnya menyangkut kekurangan atau ketidakmampuan. Reitsma dan Kleinpenning (1994) menyatakan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam mencukupi kebutuhan material dan non-material. Sedangkan menurut Levitan (1980), kemiskinan merupakan kekurangan barang serta jasa yang dibutuhkan demi mencapai kualitas hidup layak. Kedua ahli tersebut telah menyampaikan definisi kemiskinan secara efektif. Adapun Suparlan (1993) mendefinisikan kemiskinan sebagai tingkat rendah kualitas hidup sekelompok orang dibandingkan dengan kualitas hidup yang berlaku di lingkungan masyarakat.
            Banyak sekali faktor penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu laju Pertumbuhan penduduk di indonesia yang semakin meningkat, jumlah pengangguran,terbatasnya lapangan kerja dan modal, tingkat pendidikan yang rendah serta kurangnya perhatian dari pemerintah.
. Saat ini di indonesia tingkat kemiskinan tertinggi yaitu pada provinsi papua dengan persentase sebesar 27,62 % sedangkan provinsi bengkulu sendiri masuk pada peringkat ke 7 dengan persentasi sebesar 16,45 % dari ke 34 provinsi yang ada.provinsi Bengkulu masih menjadi daerah termiskin kedua dari Aceh di pulau Sumatera. Hal ini dapat terlihat ddari indikator yang dapat dijadikan tolak ukur adalah masih banyak wilayah belum tersentuh listrik, jalur produksi belum baik dan tingkat penghasilan yang masih rendah. Jika merujuk data, persentase kemiskinan Provinsi Bengkulu pada periode Maret 2016 yakni mencapai 17,85 persen turun menjadi 16,45 persen di Maret 2017 dengan total jumlah masyarakat miskin 316.900 jiwa.
Namun kategori miskin bisa berakibat masih adanya daerah yang terisolir seperti jalan desa yang belum dibangun atau diperbaiki. Hal ini sangat disayangkan mengingat Bengkulu dikenal dengan daerah yang kaya akan hasil alamnya, seperti komoditi perkebunan serta pertanian. Adapun faktor lainnya, banyaknya uang yang beredar dan yang dibelanjakan ke luar daerah, membuat masyarakat Bengkulu tidak dapat merasakan kesejahteraan. Selain itu juga disebabkan oleh sektor industri Bengkulu yang belum memadai sehingga sektor usaha di Bengkulu sangat berketergantungan dengan daerah luar. Sementara itu desa tertinggal juga mempengaruhi Provinsi Bengkulu masih bertahan di urutan ke-2 termiskin. desa tertinggal terbanyak berada di Kabupaten Kaur, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Seluma, Mukomuko, Lebong, Kepahiang, dan Kabupaten Bengkulu Tengah.

Tabel 3. Tingkat kemiskinan
           
Menurut Data BPS provinsi Bengkulu, persentase tingkat kemiskinan sudah mulai menurun dari tahun ke tahunnya. Pada 2014 persentase tingkat kemiskinan yaitu sekitar 7,09 persen, lalu mengalami kenaikan pada tahun berikutnya yaitu sekitar 17,16 persen lalu mengalami penurunan pada tahun 2016 dan terus mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu mencapai 15,59 persen. Hal ini tentunya berhubungan dengan kinerja pemerintah pada saat ini yang berusaha menstabilkan perekonomian di Bengkulu agar dapat menyejahterakan massyarakat Bengkulu.


2.4  Tingkat Pengangguran

Pengangguran terbuka adalah angkatan kerja yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan.Sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja adalah penduduk yang bukan termasuk angkatan kerja, yaitu penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah,mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.  Faktor utama penyebab terjadinya pengangguran di Indonesia adalah kesalahan pola pikir dan kesulitan mengembangkan kreativitas. Pola pikir tersebut terus saja diberikan turun temurun pada anak cucu sehingga menjadi pemikiran dasar yang dimiliki bangsa ini.
Selain itu kemiskinan juga merupakan penyebab serta dampak yang bisa ditimbulkan dari pengangguran itu sendiri. Karena tingkat kemiskinan yang tinggi seseorang tidak dapat mengenyam pedidikan sehingga ia tidak dapat berkreasi serta memiliki kemampuan disuatu bidang dan melalui pengangguran pula tingkat kemiskinan meningkat karena tidak adanya pendapatan seseorang. Keberadaan pasar global saat ini juga menjadi pemicu utama terjadinya  pengangguran. Karena adanya pasar global pihak asing memilki hak untuk dapat dipekerjakan didalam negeri dan dari segi kemampuan mereka juga lebih mampu dari pada sumber daya manusia indonesia. 
            Berdasarkan data tingkat pendidikan dari badan pusat statistik Bengkulu:
Tabel 4. tingkat pendidikan menurut tamat pendidikan
Pada tahun 2015 terdapat sekitar 8,58 persen penduduk bengkulu yang tamat tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa pendidikan  di bengkulu cukup baik. Namun, kemungkinan daya serap lapangan kerja dan lapangan kerja yang sedikit. Sehingga hal ini tentu berakibat pada tingkat pengangguran yang ada di daerah.

Tabel 5.Ketenagakerjaan

Berdasarkan data ketenagakerjaan yang ada, pada bulan 2014 terdapat 1.318.000 jiwa penduduk usia kerja. Dengan jumlah angkatan kerja yaitu sekitar 951.000 jiwa. Dan yang bekerja yaitu sekitar 904.300 jiwa, dan sekitar  46.700 tenaga kerja lainnya menganggur. Dengan persentasi tingkat pengangguran terbuka yaitu sebesar 3,5 persen. Kemudian pada tahun berikutnya terdapat pertambahan penduduk yaitu menjadi 1874900 jiwa. Dengan penduduk usia kerja yaitu sebanyak 1345800 jiwa dengan tenaga kerja yaitu sebesar 951.000 jiwa dengan rincian 904.300 bekerja dan sekitar 46.700 jiwa lainnya menganggur. Persentasi tungkat pengguran terbuka pada tahun 2015 ini yaitu sebesar 4.90 persen.

2.5  Pengaruh Harga BBM
Kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri menyebabkan perubahan perekonomian secara drastis. Kenaikan BBM ini akan diikuti oleh naiknya harga barang-barang dan jasa-jasa di masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa ini menyebabkan tingkat inflasi di Indonesia mengalami kenaikan dan mempersulit perekonomian masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan ttap.
Jika terjadi kenaikan harga BBM di negara ini, akan sangat berpengaruh terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply). Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan. Sementara penawaran adalah banyaknya jumlah
barang dan jasa yang ditawarkan oleh produsen pada tingkat harga dan waktu tertentu.
Permintaan dari masyarakat akan berkurang karena harga barang dan jasa yang ditawarkan mengalami kenaikan. Begitu juga dengan penawaran, akan berkurang akibat permintaan dari masyarakat menurun. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi melonjak akibat dari naiknya biaya produksi dari barang dan jasa. Ini adalah imbas dari kenaikan harga BBM. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan, “Jika harga suatu barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan turun, dan sebaliknyajika harga barang turun, jumlah barang yang diminta akan bertambah.”
Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) akan berdampak bagi masyarakat. Baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang signifikan akan terjadi pada tingkat inflasi dan pada kondisi perekonomian nasional. Dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi adalah akan terjadi kenaikan pada tingkat persentase inflasi. Jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah, dan akan berdampak pula pada harga berbagai jenis barang dan jasa. Kondisi perekonomian akan mengalami goncangan, ketidakstabilan akan terjadi. Iklim investasi akan menurun, sehingga berpengaruh pada jumlah pendapatan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan kebijakan moneter. Seluruh instrumen kebijakan moneter efektif dalam mengurangi dan mengatasi inflasi.
Kenaikan harga BBM terkahir kali yaitu pada tabel berikut:
                      Tabel 6. Kenaikan Harga BBM
Gambar terkait


























BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
            Perkembangan perekonomian di Bengkulu secara makro relatif baik meskipun belum diikuti perkembangan kualitas sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Perkembangan kualitas sumber daya manusia yang masih kurang baik dapat dilihat dari angka pengangguran yang pada tahun terakhir (2017) masih mencapai 3,74 % pengangguran tertutup sedangkan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari angka kemiskinan yang masih berkisar 15,59% pada tahun 2017.  namun, pemerintah setempat dikatakan sudah berhasil dalam mengelola perekonomian daerah yang ditandai dengan terus berkurangnya angka inflasi didaerah tersebut. Pemerintah juga dapat mengatasi kenaikan harga bbm dengan beberapa cara yaitu dengan memperketat distribusi dan pengawasan pemakaian BBM sesuai dengan peruntukannya, juga perlu ada pengalihan subsidi untuk membiayai eksplorasi dan eksploitasi energi alternatif.

3.2 Saran
            Telah kita ketahui bersama bahwa kita diberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi apapun. Maka dari itu, diharapkan kita bisa merubah perekonomian kita yang kurang baik, dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu individu lalu keluarga. Dan disamping itu, kita ketahui bahwa dalam melakukan kegiatan ekonomi itu, terdapat banyak permasalahan – permasalahan, diharap pemerintah dapat lebih bijak dalam hal ini mengambil kebijakan – kebijakan yang tepat.




           


DAFTAR PUSTAKA

Anonym,2017, Penyebab Terjadinya Inflasi.https://www.jurnal.id/id/blog/2017/5-faktor-penyebab-terjadinya-inflasi. diakses pada 10 april 2018 pukul 12:00
Badan Pusat Statistik Bengkulu, 2017. Bengkulu Dalam Tahun 2017. Bengkulu.    Pusat : Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Bengkulu,2017.PDRB Tenaga Kerja. Bengkulu. : Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Bengkulu, 2016.PDRB Provinsi Bengkulu. Bengkulu.    Pusat : Badan Pusat Statistik
Ikhwan Bukhari,2012.Dampak BBM terhadap Ekonomi Indonesia. http://ikhwanbukhari.blogspot.co.id/2012/12/makalah-dampak-kenaikan-harga-bahan.html. diakses pada 09 april 2018 pukul 23:49









Tidak ada komentar:

Posting Komentar